Gangguan Mental yang Rentan Dialami Anak Milenial

by Pintar

Sebagian besar orang mungkin merasa bahwa gangguan mental hanya bisa dialami oleh orang dewasa saja. Tapi ternyata, gangguan mental atau masalah kejiwaan lebih mudah terjadi pada generasi muda. Apalagi para remaja yang baru menginjak usia dewasa muda. Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan ini. Sayangnya, belum banyak orang yang aware dengan kondisi ini. Sehingga sebagian besar orang cenderung mengabaikan kondisi ini dan menganggap bahwa yang dialami adalah hal biasa.

Padahal jika diabaikan, hal ini justru bisa membuat situasi semakin berbahaya. Diantara banyaknya jenis gangguan mental, ada beberapa gangguan yang lebih rentan dialami oleh para generasi milenial. Apakah kamu juga sebenarnya mengalami hal tersebut? Berikut 4 gangguan mental yang rentan dialami generasi milenial.

Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan adalah gangguan yang paling sering dialami oleh anak milenial. Gangguan kecemasan ini mencakup phobia, serangan panik, kecemasan sosial, stres pasca trauma (PTSD), atau gangguan obsesif-impulsif (OCD). Jika hal ini dibiarkan, tentunya lama kelamaan akan semakin mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika kondisi ini sudah semakin mengganggu aktivitas, sebaiknya temui psikolog ataupun psikiater untuk dapat membantu mengatasi gangguan ini.

ADHD

ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder juga merupakan gangguan mental yang rentan dialami oleh anak milenial. Gejala dari gangguan ini diantaranya adalah kurang perhatian, hiperaktif, disorganisasi dan impulsif yang mengganggu kerja otak. Gangguan ini biasanya dialami oleh anak berusia 8 hingga 15 tahun. Mereka biasanya mudah bosan, sulit berkonsentrasi bahkan untuk waktu yang singkat. Sebagian anak mungkin mampu menyembunyikan gangguan ini pada masa sekolah menengah. Akan tetapi tingginya tuntutan akan membuat mereka lepas kendali.

Baca juga: Tanda Kamu Tidak Bahagia dengan Pekerjaanmu

Gangguan makan

Gangguan yang satu ini mungkin juga sering dianggap biasa. Gangguan makan seperti bulimia nervosa (bulimia), anorexia nervosa (anorexia), atau dysmorphia tubuh faktanya dapat memengaruhi sekitar 5 persen anak muda. Jika diabaikan, gangguan ini pun dapat menyebabkan komplikasi fisik yang serius lho! Kondisi ini biasanya terjadi karena tingginya kadar stres sehingga mereka melampiaskannya dengan makan berlebihan atau justru sebaliknya. Misalnya saja pada kasus bulimia, orang yang mengidap gangguan ini akan memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan. Sehingga lama kelamaan, tubuhnya pun akan semakin kurus.

Depresi

Jangan salah. Depresi bukan hanya bisa dialami oleh orang dewasa saja lho. Anak milenial ternyata juga sangat rentan mengalami depresi. Seperti layaknya orang dewasa, remaja yang mengalami depresi ditandai dengan kesedihan, kemarahan, serta kemurungan. Selain itu, remaja atau pun anak yang mengalami gejala ini biasanya cenderung mengeluh sakit kepala atau sakit perut. Jika mengalami depresi dini, jangan pernah mengabaikan hal ini. Sebab, depresi yang diabaikan justru dapat memicu terjadinya kondisi lain yang lebih membahayakan. Misalnya saja seperti keinginan menyakiti diri sendiri, atau bahkan hingga bunuh diri.

Apakah pernah merasa atau mengalami beberapa hal diatas Pintarian? Bila iya , cobalah untuk berdiskusi dengan orang terdekat yang bisa kamu percaya mengenai hal ini. Apabila kondisi yang kamu alami, sudah mengganggu kehidupan kerja, kuliah, dan sekolah.

Segeralah minta pertolongan, termasuk pergi ke psikiater atau psikolog untuk melakukan konsultasi mengenai kondisi kamu. Ingat Pintarian, menjaga kondisi mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik kamu.

Dengan memahami dan mengerti keadaan mental kamu, nantinya kamu bisa lebih maksimal dalam menjalani kehidupan dengan lebih baik.

Online Business LIFESTYLE CAREER FINANCES
Share this article