MEMILIKI gelar sarjana masih jadi idaman lulusan Sekolah Lanjutan Atas (SMA/SMK). Sayangnya karena terbentur dana serta kesibukan, gelar yang diidam-idamkan itu hanya sebatas keinginan saja.


Riset yang diadakan HarukaEdu yang diselenggarakan pada bulan April 2018 terhadap 1.521 responden dengan usia 15-38 tahun, sebanyak 69 persen responden lulusan SMA/SMK ingin melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelar sarjana.


Survei itu juga mengungkapkan, bahwa alasan terbesar ingin meraih gelar sarjana adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.


Sementara hambatan terbesar untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan tinggi adalah biaya yang tinggi dan kesulitan untuk mengikuti program kuliah reguler karena jadwal kerja yang tidak memungkinkan untuk pergi ke kampus setiap hari.
Menyadari adanya kebutuhan tersebut, Co Founder HarukaEdu Novistiar Rustandi secara resmi meluncurkan Pintaria (www.pintaria.com) untuk membantu masyarakat Indonesia yang akan meningkatkan pendidikan dan keahliannya.
Pintaria adalah online platform untuk pendidikan dan pelatihan. Di Pintaria, pengguna dapat mempelajari berbagai macam profesi yang sedang dibutuhkan oleh industri, lengkap dengan deskripsi pekerjaan dan standar gaji, pendidikan, dan keahlian yang diperlukan, lowongan pekerjaan yang tersedia, dan berbagai program kuliah serta pelatihan yang dapat memberikan pendidikan dan keahlilan yang relevan.


“Kami awalnya merupakan perusahaan teknologi edukasi dengan fokus pada online learning. Karena kami bukan lembaga pendidikan kami menggandeng universitas untuk bersama menyelenggarakan pendidikan blended learning (pembelajaran campuran),” kata Novistiar dalam konferensi pers peluncuran Pintaria.com, Selasa (24/7/2018).

Online dan Offline

Ia mengatakan, salah satu program penting yang tersedia di Pintaria adalah program kuliah blended learning. Berbeda dengan kuliah online, pada kuliah ini, proses pembelajaran dilakukan dengan metode campuran online dan offline (tatap muka).

Program kuliah metode campuran ini menawarkan jadwal kuliah yang lebih fleksibel sehingga mahasiswa bisa tetap meraih gelar sarjana di sela-sela kesibukan bekerja.

Selain itu, program ini menawarkan kelebihan dibandingkan kuliah online karena masih memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk berinteraksi secara langsung pada saat kuliah tatap muka.
Menurutnya, metode ini tidak hanya memberikan kemudahan dari sisi jarak dan waktu, tapi juga dari sisi biaya yang bisa dipangkas.

Untuk menjalankan metode pembelajaran blended learning, Pintaria menggandeng 10 perguruan tinggi swasa di Jakarta dan Bandung dengan akreditasi program studi A dan B.


“Banyak dari perguruan tinggi swasta tersebut memberikan kemudahan pembayaran biaya kuliah dengan cara dicicil mulai dari Rp 700 ribuan per bulan,” kata Novistiar.

Kesepuluh perguruan tinggi swasta mitra Pintaria yang menyelenggarakan program blended learning adalah Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB), PPM Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI), Sekolah Tinggi Manajemen (STM) Labora, dan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI).

Kemudian Universitas Krisnadwipayana (UnKris), Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), Universitas MH Thamrin, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Unversitas Pembangunan Jaya (UPJ), dan Universitas Sahid (Usahid).

“Kami berharap, melalui lingkungan pembelajaran berbasis online, semakin banyak masyarakat yang bisa meraih gelar sarjana,” katanya.